Archive for January, 2014

Review Film Comic 8: A Comedy Masterpiece

Saya lupa kapan terakhir kali saya pergi ke bioskop untuk menonton film lokal. Beruntungnya, rasa penasaran saya terhadap sebuah film berjudul Comic 8 memancing saya untuk nonton film lokal lagi. Daya tarik filmnya? Tentu embel-embel “first action-comedy movie” di Indonesia. Dan setelah saya menontonnya, embel-embel itu kurang lengkap, harusnya: “first psychological-action-comedy movie”, ya psychological, mengapa? Mari simak ulasan saya.

Image

***

Sejujurnya saya tak begitu menggemari film komedi, pengecualian mungkin terhadap Hangover series yang membalut komedi dengan proses deduksi-kronologisnya. Paling tidak, saya mengharapkan ada “twist” atau sesuatu yang “mindblown” ketimbang plot yang lurus-lurus saja, termasuk untuk Comic 8 ini. Bagian berikutnya akan memuat banyak spoiler, jadi kalau anda mau merasakan langsung sensasi film ini sambil menonton langsung, hentikanlah sampai di sini.

Baiklah. Film Comic 8 diawali dengan perampokan Bank INI oleh tiga kelompok perampok. The Amateurs, The Freaks, dan The Gangsters, mereka merupakan kelompok yang berbeda dengan tujuan perampokan yang berbeda. Film lalu menampilkan flashback masing-masing kelompok, latar belakang mereka serta alasan mereka merampok. Meskipun mereka sempat bersitegang satu sama lain namun akhirnya mereka didamaikan oleh seorang sandera, Indro Warkop. Mereka kemudian melebur dana menamai diri mereka DPR (Dewan Perwakilan Rampok). Polisi yang mengepung gedung meminta mereka melepas sandera, namun DPR meminta syaratsyarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu. Pada bagian inilah diketahui kalau kedelapan perampok sebenarnya merupakan pasien rumah sakit jiwa, karena kedelapannya mengenakan gelang yang sama. Kemudian muncullah dokter Panji yang mencoba membujuk DPR untuk berhenti namun diabaikan. Kemudian muncul flashback dokter Panji, dan adegan flashback ini mengingatkan saya pada adegan film Shutter Island di mercusuar. Kedelapan perampok ini ternyata merupakan pasien yang sengaja dibrainwash menjadi perampok oleh dokter Panji. Kemudian mereka dipecah menjadi tiga kelompok dan diperintah untuk merampok Bank INI, dan flashback masing-masing kelompok sebelumnya merupakan delusi semata yang terjadi di rumahsakitjiwa (ya, mirip ShutterIsland dan PintuTerlarang).

Image

Singkat cerita mereka berhasil melarikan diri dengan membawa uang, dan masuk ke truk dokter Panji, hingga kemudian mereka disetrum sampai pingsan oleh Panji. Pada adegan berikutnya terlihat Panji mengantar kedelapan orang itu ke kantor polisi untuk diproses. Namun ternyata delapan orang itu adalah sosok yang berbeda dan ditemukan barangbukti (video) bahwa Panji-lah otak di balik perampokan ini, ia ditahan, lalu mobil yang dipakai anak buah Panji membawa uang berhasil dilacak dan semua komplotan penjahat yang mempergunakan pasien rsj untuk merampok kemudian ditahan. Di akhir cerita, bagian flashback bertitel The Truth dijelaskan bahwa kedelapan orang itu bukanlah pasien rsj sungguhan, mereka adalah semacam tentara (The Expendables?) yang bekerja di bawah perintah Indro Warkop yang ternyata merupakan bos mereka. Indro menugaskan mereka untuk menyamar jadi pasien rsj guna membongkar kedok kejahatan di rsj. Mereka dihipnotis oleh Indro hingga menjadi kurang waras dan dimasukkan ke rsj.

Tenang, saya hanya mencantumkan bagian-bagian penting saja tulisan di atas, kecerdasan lawakan dan lain-lain lebih baik anda nikmati sendiri :))

Saya menyukai film ini, bukan hanya karena kecerdasan lawaknya, ataupun keindahan sinematografinya, terlebih karena mindblowing element yang diterapkan di film ini. Double Twist barangkali istilah yang dapat saya pakai untuk menjelaskan mindblown element di film ini. Pertama ketika terjadi flashback dokter Panji, bagian ini sungguhsungguh mengingatkan saya pada ShutterIsland dan Pintu Terlarang dimana semua hanya imajinasi saja. Namun ketika saya cek, bagian flashback ini terjadi di bagian 4/7 cerita, dan rasanya terlalu cepat munculnya (mengingat dua film yang saya sebut itu menempatkan penjelasan tentang delusi di akhir film). Saya khawatir cerita akan berjalan awkward karena premis utama film sudah diketahui, maka cerita nampakanya akan berakhir begitu saja, entah para penjahat dan dokter berhasil kabur atau justru ditangkap. Kalau benar begitu maka film ini gagal buat saya. Namun sungguh cerdas, sutradara maupun writer film ini, menambahkan satu twist lagi di akhir yang membuat saya kembali berdecak kagum. Meskipun twist kedua ini polanya mirip dengan Modus Anomali (lagilagi Joko Anwar) ya ternyata mereka bukan orang gila, tapi semacam pasukan khusus (The Expendables? Again) yang punya misi membongkar kejahatan di rsj sehingga terpaksa dihipnotis agar gila.

Image

Image

Analoginya sih seperti permen sugus: bungkus terluar itu ShutterIsland+PintuTerlarang, bungkus putih di dalam itu Modus Anomali dan permennya adalah The Expendables. Tidak, saya tidak sedang memiripmiripkan atau menuduh konsepnya cuma tambeltambelan, tidak, bukan itu. Ini hanya sebagai gambaran, supaya paling tidak penonton Indonesia bisa menyadari bahwa sutradara Indonesia punya talenta luar biasa untuk membuat pola film yang tidak biasa dan kompleks. Sekalipun film ini misalnya dijadikan serius dan tidak memakai unsur komedi, saya rasa film ini tetap akan jadi film yang luar biasa. Bagi penikmat film sejenis saya, kekuatan plot adalah yang utama. Seburuk apapun artisnya, apabila plot ataupun storylinenya bagus akan selalu punya nilai lebih buat saya.

Image

Image

Kekurangan? Plothole? Tentu ada. Berikut.

1. Dalam minivan polisi, terlihat bahwa gerak-gerik DPR di dalam bank terekam di semacam cctv sehingga bisa dipantau dari dalam van itu. Permasalahannya adalah ketika DPR ingin kabur, mereka memasang atribut+pakaian mereka pada sandera, alasannya agar polisi tidak mengetahui. Kemungkinannya adalah DPR tidak mengetahui kalau gerakgerik mereka di dalam sebenarnya diketahui polisi.

2. Adegan tembak-tembakan di sewer gedung diakhiri dengan ledakan bom, yang sepertinya menewaskan para polisi. Adegan ini ditampilkan lagi dalam flashback The Truth, namun karena terlalu cepat yang saya tangkap para polisi ini hanya pura-pura mati. Tidak begitu jelas.

3. Berlanjut dari poin kedua, yakni adegan di kantor polisi ketika Panji hendak ditahan, perampok yang dibawanya terlihat bukan anggota Comic 8/DPR, lalu kalau disimak dari flashback The Truth, nampaknya kedelapan orang itu adalah polisi yang sepertinya pura-pura mati. Lalu kenapa polisi yang jelas-jelas tahu identitas DPR asli seperti tidak kaget ketika menyadari delapan orang itu bukanlah DPR asli?

4. Mungkin bukan plothole, tapi saya curiga, kolonel Joe dan Bos Indro sebenarnya saling mengenal dan mengetahui kalau proses perampokan hanya simulasi belaka. Entah, hanya perasaan saya saja sih, tapi barangkali ada yang bisa menemukan feat di film yang menunjukkan kalau mereka saling kenal.

Nah itu dia mungkin beberapa plotholenya (mungkin ada yang bisa nambahin). Secara keseluruhan sih, ini film pertama yang bisa bikin saya ngakak dari awal sampe habis film. Entah bagaimana penggarapn scriptnya sampe bisa sekocak itu. Poin plusnya lagi adalah acting para comic yang sangat total namun tetep natural, seibarat menonton mereka ketika open mic, ekspresinya tidak kaku. Kalau ditanya siapa karakter favorit di film ini, saya akan jawab: Babe Chabita The Love Machine, sama Mongol the Mungil hahaha. Gesture dan role mereka di film ini benar-benar dimainkan secara total. So that is :))

Image

Image

Mungkin sekian saja review dari saya, kalau ada ketidaklengkapan informasi, hmmm, percayalah saya baru sekali nonton, jadi barangkali ada yang terlewat hehehe. Silahkan ditambahkan kalau ada yang kurang.

January 31, 2014 at 15:48 1 comment


Visitor

Date of Post

January 2014
M T W T F S S
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031