Archive for November, 2011

#Extra1: Team Review 2008-2009

Berikut ini adalah review gue atas tim di angkatan gue. Review ini adalah review kualitas tim dan pemain dari tiap kelas XI angkatan 2008-2009. check this out:

NB:

Offense: quality of offense
Defense: quality of defence
Strength: quality of strength and body power
Teamwork: quality of teamwork
Balance: quality of team’s composition; main and reserve squad

-Penilaian kualitas individu dengan tanda (****) atau bintang
-Penilaian kualitas individu dilakukan penulis secara obyektif
-Standar penilaian menggunakan standar penilaian global, bukan berdasarkan kualitas pemain di kelasnya, melainkan kualitas pemain di tingkat sekolah.
-Semakina banyak (*)/bintang, maka semakin tinggi kualitas pemain tersebut

——————————————————-

XIA1
2A1 berhasil menjadi runner up klasmit Juni 2009. Tak bisa dipungkiri, aktor utama keberhasilan mereka menembus final adalah Anu dan Andre Timmy. Anu sebagai satu-satunya striker murni dengan insting paling tajam satu angkatan. Sementara Timmy merupakan fullback terbaik satu angkatan, setara dengan Cocok. Kedua pemain ini berperan signifikan dalam penyerangan (Anu) dan pertahanan (Timmy). Kekuatan serangan dan pertahanan mereka cukup baik, hanya saja, ada kejomplangan antara pemain utama dan pemain cadangan. Beda kualitas yang terlalu jauh ini menjadi kelemahan terbesar mereka.

Offense: 85
Defense: 70
Strength: 70
Teamwork: 65
Balance: 50

List of Players

Michael Anugerah (*****)
Andre Timmy (*****)
Vincent (***)
Indra Cukong (**)
Donny (*)
Dennis (**)

—————————————————-

XIA2
2A2 bukanlah kelas yang memiliki skuad bagus. Tercatat hanya Anton dan Martin yang memiliki kemampuan mumpuni. Tidak ada yang spesial dari 2A2, fokus utama mereka bukan pada cabang futsal.

Offense: 55
Defense: 50
Strength: 75
Teamwork: 50
Balance: 40

List of Players

Anton (***)
Ardy (**)
Martin Handoko (***)
Haryanto (***)
Timothy (*)

—————————————————

XIS1
Tim ini merupakan tim yang defensif. Dengan Tegar dan Dansut yang memiliki naluri defense tinggi, serta Albert yang notabene merupakan salah satu kiper yang cukup baik. Terlepas dari pertahanan yang baik, 2S1 tidak memiliki pemain bernaluri ofensif, hal ini membuat prestasi mereka mandek saat klasmit. Kurangnya pemain cadangan yang kompeten turut menjadi titik lemah tim ini selain kekurangan di lini depan.

Offense: 65
Defense: 75
Strength: 70
Teamwork: 65
Balance: 55

List of Players

Tegar (*****)
Dansut (****)
Albert (***)
Rendy Susu (**)
Wisnu (**)
Harry (**)

—————————————————–

  XIS2
Adu fisik merupakan senjata andalan tim ini. Dua punggawa yang seringkali memperkuat tim FV turut berada di kelas ini, Raby dan Pangeran. Kedua pemain yang dikenal karena fighting spirit yang tangguh ini dibantu juga oleh Kamser, Septa dan Andre Ina. Jadilah 2S2 menjadi tim dengan keunggulan fisik dibanding tim lain yang seangkatan. Sektor penyerangan 2S2 cukup optimal, mengingat pemain-pemainnya memiliki shooting yang kuat. Kelemahan terbesar tim ini adalah sektor kiper. Nidji, merupakan kiper baru, seringkali membuat blunder dan kehilangan konsentrasi. Hal ini membuat 2S5 mudah sekali mencetak gol pada semifinal klasmit.

Offense: 80
Defense: 65
Strength: 85
Teamwork: 70
Balance: 65

List of Players

Pangeran (*****)
Raby (*****)
Kamser (***)
Nidji (**)
Andre Ina (***)
Septa (**)
Rafael Botak (*)

———————————————————–

XIS3
Sebagai salah satu kelas unggulan, 2S3 mempunyai skuad yang seimbang. Dari segi penyerangan ada sosok Erik-Nico, duet lini depan tertajam satu angkatan. Di lini pertahanan ada Agus, BC, Boi. BC diplot menjadi pemain bertahan karena kemampuan defensenya yang baik selain menjadi kiper. Sementara itu, dari bangku cadangan, para pemain seperti Richard, Jipi mempunya kualitas yang cukup baik sebagai pelapis. Kekuatan serangan S3 ada di atas rata-rata angkatan; pertahanan cukup stabil. Satu-satunya kekurangan adalah kerjasama tim. Kurangnya kerjasama tim dan komunikasi menjadi malapetaka bagi S3 manakala mereka takluk secara dramatis dari 2S2 di perempatfinal klasmit.

Offense: 90
Defense: 75
Strength: 75
Teamwork: 65
Balance: 70

List of Players

Nico (*****)
Boi (****)
Erik (*****)
BC (****)
Agus (***)
Jipi (***)
Jason (**)
Andre Berak (**)
Richard (***)
Robby (**)

——————————————–

      XIS4
Secara kualitas, 2S4 setara dengan 2A2. Tidak ada pemain yang menonjol ataupun superior. Hanya mengandalkan Maxi dan Arthur, tim ini seringkali menemui kesulitan dalam penyerangan dan pertahanan. Kekelahan 1-8 dari S3 di perdelapanfinal klasmit menjadi bukti bahwa mereka masih inferior dibanding tim lain.

Offense: 55
Defense: 40
Strength: 65
Teamwork: 55
Balance: 40

List of Players

Arthur (***)
Albert Lincu (***)
Michael Conrad (**)
Maxi (***)
Tendy (*)
Johan (*)

—————————————————

XIS5
2S5, tidak diragukan lagi merupakan tim tersolid se-angkatan. Memiliki dua playmaker yang bisa saling melapis (Dewa, Martin), memiliki dua defender yang solid (Cocok, Frendy), serta kiper nomor 1 se-angkatan (Karno). Tidak ketinggalan striker S5 yang bisa disebut sebagai Inzaghi Marsudirini, Kevin Ahong, dan juga pemain dari bench yang cukup bisa melapis. 26 gol dalam 4 pertandingan menjadi bukti kedigjayaan mereka sebagai juara klasmit futsal 2009. Penyerangan dan pertahanan yang stabil membuat jarang ada tim yang mampu mengalahkan mereka. Kelemahan 2S5 adalah lemahnya konsistensi menjelang akhir permainan, entah kelelahan atau sengaja mengendurkan pertahanan atau apa, seringkali mereka banyak kejebolan pada akhir-akhir pertandingan (FutsalCity, klasmit).

Offense: 90
Defense: 85
Strength: 70
Teamwork: 80
Balance: 75

List of Players

Cocok (*****)
Eduardus Martin (*****)
Sukarno (*****)
Dipta (***)
Dewa (****)
Frendy (****)
Almerio (**)
Samuel (**)
Kevin Ahong (***)
Starchan (**)
Hans Senyum (**)

——————————————————–

Tadi itu review singkat gue, bagian extra lah istilahnya. semua ditulis dengan obyektif, berdasarkan penilaian gue seusai klasmit Juni 2009.

November 27, 2011 at 16:53 Leave a comment

A Goalkeeper

Yep, sampai juga pada 2 chapter terakhir kisah kepenjagagawangan gue. Isinya cuma karir perfutsalan di tahun terakhir gue di SMA sih, tapi sengaja gue pisahin jadi dua bagian, soalnya bagian terakhir ini rada panjang, dramatis pula. So, let’s begin the story…

***
Kalo boleh ditotal semenjak gue jadi kiper yang bisa ngejatohin badan, berarti udah 3 tahun 8 bulan gue melaluinya (November 2005-Juli 2009). Kalo diruntut sejak pertama kali gue nyoba jadi kiper beneran berarti udah sekitar 6 taun (Juli 2003). Such a long period.

Gue tiba di tahun terakhir gue di SMA. Dan seperti kisah “Anak yang Hilang” di perumpaan yang diceritakan Yesus di Alkitab, gue udah kembali. Gue yang dulu sempet ikut ekskul futsal, terus keluar, kini kembali lagi jadi anggota ‘keluarga futsal FonsVitae Marsudirini’ *aalah kepanjangan.
Yep, gue berterimakasih ke Erik yang secara tidak sengaja membuat gue terpaksa bergabung lagi. Kebetulan, sekitar awal Agustus 2009, SMA gue ngadain lomba, cabang olahraga dan seni, salah satunya futsal. Shall I join the competition? Or shall I be idealistic again? Dua pertanyaan itu berkecamuk terus.
Di satu sisi, mungkin ini kesempatan pertama dan terakhir gue untuk memperkuat tim sekolah gue buat tanding lomba futsal. Di sisi lain, kalo gue ikut seleksi tim dan kepilih, berarti pelatih gue adalah Pa Agus, orang yang justru ga mendapat respek gue selama 3 tahun terakhir di SMA.

Gue ngalah sama idealisme gue. Ini kesempatan gue, harus gue manfaatkan. Gue udah cukup lama mencari pengalaman jadi kiper, ini saatnya gue show off. Dan gue pun mengikuti proses seleksi.

Proses seleksinya cukup kompetitif. Saingan gue sebagai kiper ada BC, Karno. Ada juga pesaing lain, yang juga belom lama ikut ekskul: Dipta dan Vincent (kelas 3), Temon (kelas 2), Tides dan Dean (kelas 1). Cukup banyak, dan yang dipilih cuma 4 kiper doang buat ngewakilin tim Fv A dan Fv B. Kalo takarannya pengalaman, jelas gue, Karno, BC yang dipilih. Proses seleksi cukup panjang, sekitar 2 minggu, dan tibalah hasil pengumuman. Fv A adalah tim utama yang difokuskan pemain-pemain senior, Fv B buat tim yang relatif lebih junior. Satu persatu pemain yang lolos seleksi dipanggilin, BC jadi kiper utama tim A, dan secara mengejutkan Karno dipilih jadi first choice goalkeeper di tim Fv B. Gue jadi bertanya-tanya, dimanakah gue bakal ditempatkan. Pa Agus akhirnya masukin gue jadi second choice goalkeeper di Fv A, dan Dipta jadi second choice di Fv B. Kalo boleh jujur, sebenernya gue kecewa. Gue lebih memilih jadi cadangannya Karno yang jelas kualitasnya ada di atas gue saat itu. Sementara faktanya gue jadi cadangannya BC; bukan maksud nyombong nih, gue ga ngerasa kualitas gue ada di bawah BC. Kecewanya bukan itu aja, kalo gue se-tim sama Karno minimal gue bisa jadi back-up dia yang solid, soalnya tipe goalkeeping gue gabeda jauh dari Karno. Sama-sama jago main lemparan, sama-sama suka main langsung ke depan. Sementara BC tipe kiper yang ultra-defensif, bertolakbelakang banget sama gue, gue sekelas sama dia jadi ngertilah sama ability gue.

Secara tim, kualitas tim Fv A sama Fv B jomplang banget. Tim Fv A isinya all starnya Marsud semua, sementara Fv B rata-rata muka baru semua. Secara karakter, Fv A pasti lebih tinggi egonya dibanding Fv B. Sulit nyari sosok true leader di tim Fv A, kaptennya emang Pangeran, tapi di Fv A ada pemain yang keras kepala macem Erik, Anu, Tegar. Kualitas pemain yang relatif setara juga jadi problem. Terkadang di suatu turnamen, tim lu akan butuh sosok superstar dan hero. Tim Fv A, dengan kualitas pemain yang setara, ga punya hal ini. Sementara Fv B, jelas pemain paling berpengalaman ya si Karno, dariawal gue udah ngeduga dia bakal jadi superstar di Fv B. Ibaratnya Oliver Kahn di World Cup 2002, atau Peter Smeichel *gatau nulisnya* di Euro 1992.

Prediksi gue sedikit banyak ada benarnya. Sepanjang babak penyisihan, Fv A melaju mulus, unbeatable 100% kemenangan mutlak, sempet menang 4-0 dan 7-0. Gue sempet main full di pertandingan terakhir grup vs SMA Damai, dan menang 7-0. Bagaimana dengan Fv B? Fv B juga sukses jadi juara grup kalo ga salah. Meskipun perjuangan mereka relatif berat, tapi mereka cukup kompak. Sesuai dugaan gue, Karno jadi Man of the Match di setiap pertandingan Fv B. Leadershipnya ketara banget, bisa ngangkat pemain muda di Fv B.
Alhasil semifinal menanti. Fv A sebagai juara grup 1, ngelawan runner up grup 2, Don Bosco. Sementara Fv B ngelawan runner up grup 1, SMA 31.
Pertandingan yang pertama Fv B vs 31. Pertandingan di luar dugaan, 31 langsung ambil alih permainan, Fv B langsung ketinggalan 4-1, Karno juga lagi jelek mainnya. Untungnya pas babak kedua Fv B berhasil ngejar, meskipun pada akhirnya 31 tetep menang, 5-4. Kebetulan salah satu pemain 31 (namanya Syahdan kalo ga salah) yang pas tanding lawan Fv A di grup 1 ga main, di pertandingan ini jadi Man of the Matchnya.

Selanjutnya Fv A vs Don Bosco. Berhubung ini semifinal, hasil pertandingan kadang ditentuin sama penampilan si pemain bintang; pertanyaanya, Fv A, yang gapunya superstar di timnya, apakah mereka sanggup ngalahin Don Bosco?…
Pertandingan berimbang dan berlangsung keras. Gue lupa gimana detailnya, tapi sampe pertengahan babak kedua, Fv A ketinggalan 1-3 sama Don Bosco. Situasi tim ga kondusif, timeout yang diambil pun ga gitu ngefek, alhasil sindrom ‘no real star’ terjadi. Erik tiba-tiba ngamuk dari bench dan ngebanting botol air gara-gara pengen dimainin. Pa Agus akhirnya mainin dia, takut mungkin kalo Erik ngamuk-ngamuk. Ga lama, Anu ngelakuin hal yang sama, tapi Pa Agus tak mengacuhkannya. Sampai tinggal menit-menit terakhirsi Anu dimainin. Ternyata, Pa Agus ga sadar kalo Anu lagi on-fire, ga berapa lama setelah dimasukkin, dia ngegolin. Situasi di lapangan bener-bener panas, penonton yang mulai kesel sama Don Bosco, mulai nyorakin mereka. Tapi percuma, karena ga sampe satu menit kemudian, pertandingan berakhir. Skor 3-2 untuk keunggulan Don Bosco atas Fv A.

Kelabu buat Fonsvitae. Tadinya ekspektasi begitu besar agar final di turnamen ini adalah derby Marsudirini antara Fv A versus Fv B. Sialnya, derby justru terjadi di perebutan juara ketiga.. Seusai pertandingan versus Don Bosco, beberapa pemain Fv A sempat bersitegang. Situasi tim kacau balau. Dan gue ga yakin, dengan situasi setidakondusif ini, Fv A bakal sanggup ngalahin Fv B besok.

Besoknya hari itu pun tiba. BC ga dateng, dan terpaksa gue main full di pertandingan ini. Tim Fv B fullteam, dengan Karno di bawah mistar gawang, di depannya ada Ervin, Anton, Monang, Tommy. Sementara tim gue, Timmy, Tegar, Martin, Nico (kalo ga salah). Bagi orang lain, pertandingan ini ga penting, cuma perebutan juara ketiga doang. Tapi bagi gue, pertandingan ini adalah sebuah harga diri. Yap, ini adalah “pertarungan pribadi gue lawan Karno”. Selama ampir 4 tahun, gue selalu ada di bawah bayang-bayang Karno. Ibaratnya kartun Tsubasa: Wakashimazu versus Wakabayashi. Kali ini saatnya gue ngelepasin diri dari belenggu itu, kalo gue berhasil menang, berarti gue akan jadi kiper nomor 1 di Marsud.

Pertandingan dimulai, cuaca terik-seterikteriknya. Fv B berhasil unggul duluan lewat tendangan keras Ervin. Fv A ngebales, Nico ngegolin. Fv B ngegolin lagi lewat akselerasi Monang. Dibales lagi sama Fv A, lewat Dansut. Tapi lagi-lagi dibales lagi sama Ervin. Babak pertama berlangsung seru dengan serangan silih berganti. Kedudukan 3-2 untuk keunggulan Fv B. Malapetaka buat gue dateng di babak kedua. Gue ngebikin blunder fatal. Ervin ngeshoot bola datar ke arah kanan, pertama gue pengen nangkep, entah mengapa jadi gue tepis. Dan bodohnya, bukan gue tepis ke samping, bolanya malah gue tepis ke depan. Jadilah bola tiba di kaki Monang, dan dengan mudah di nyeplosin bola ke gawang kosong. Gol. Sehabis gol itu, gue down, ngerasa bego iya. Gue ngerasa ada gap besar antara gue dan Karno gara-gara gol tolol itu. But the match still yet to over. Andre Timy berhasil menghidupkan nyawa tim Fv A setelah tendangan kerasnya ngejebol gawang Karno. Situasi ketat, skor 4-3. Fv A ngegempur Fv B terus-terusan. Tapi seolah ada tembok di depan gawang Fv B, entah itu jampi-jampi atau kiper lawan yang jago (cape nyebut namanya haha). Malahan, tim Fv B yang ngejebolin gawang Fv B setelah Tegar ngelakuin blunder, bolanya direbut David dan gol. Di sisa akhir pertandingan Karno digantiin sama Dipta. Pertandingan berakhir dengan kemenangan 5-3 Fv B atas Fv A. Pertandingan tersebut ngebuktiin gaada yang mustahil dalam pertandingan. Di atas kertas materi Fv A jauh jauh lebih berkualitas dari Fv B, tapi fakta berbicara lain. Akhirnya, gue dan pemain Fv A lain terpaksa tersenyum kecut ketika ngelihat pemain Fv B ngangkat trofi juara ketiga T_T

***
By the way, FV cup tadi itu prolog dari chapter ini, ada kisah yang jauh lebih mendebarkan sekaligus menyedihkan di chapter ini. Sekarang gue mulai cerita tentang situasi perfutsalan antar kelas. Kebetulan kelas 3 kali ini dibagi atas 6 kelas IPS, 2 kelas IPA. Rata-rata komposisi murid sama, cuma ‘beberapa orang’ doang yang dipindah. Sialnya, pihak sekolah nampaknya gatau betapa vitalnya ‘beberapa orang’ ini dalam kondisi perfutsalan antarkelas di Fv.
Mari gue gambarkan:

Transfer (pemain futsalnya doang)
XIIS6. In: Kamser(!), Maxi (!), Dewa(!!), Albert (!), Starchan, Jason.. Out:-

XIIS5. In: Erik (!!!).. Out (from XIS5): Frendy (!!), Dewa (!!), Dipta (!)

XIIS4. In:- Out (from XIS4): Maxi (!)

XIIS3. In: Dipta (!).. Out (from XIS3): Erik (!!!), Berak, Jason.

XIIS2. In: Berak.. Out (from XIS2): Kamser (!)

XIIS1. In: Frendy (!!).. Out (from XIS1): Albert (!)

XIIA1. In:- Out:-

XIIA2: In:- Out:-

NB:
(!) : important player for the former class
(!!) : very improtant player for the former class
(!!!): very very impotnat player for the former class

Hmm semoga penjabaran gue di atas tadi bisa dimengerti. Anyway, peta kekeuatan angkatan gue jadi nyebar sih. 3S6 jadi kekuatan baru dengan Dewa-Maxi-Kamser-Albert. Ipa ngga mengalami perubahan, tetep kelas 3A1 jadi salah satu kompetitor tangguh dengan Andre Timy dan Anu. 3S1 kedatangan defender tangguh, Frendy, tapi mereka kehilangan kipernya, Albert. 3S2 kehilangan Kamser yang berarti kerugian besar, karena sektor penyerangan mereka cuma bertumpu sama Andre Ina dan Pangeran. 3S4 kehilangan Maxi, dan membuat skuad mereka semakin menurun kualitasnya. Sementara 3S3 dan 3S5 seolah digembosi habisa-habisan. 3S3 kehilangan Jason dan Andre Berak, dua defender yang cukup tangguh, dan kehilangan terbesar gue adalah dipindahkannya Erik ke S5! Kebayang betapa beratnya perjuangan kelas gue ke depannya dengan hanya mengandalkan Nico. Tapi untungnya ada Dipta in ke kelas gue, jadi gue sama Dipta bisa saling backup. Sementara 3S5, kehilangan Dewa si playmaker dan Frendy si defender tentu ngasih impact yang besar. Tapi, mereka kedatengan Erik, pemain yang secara ofensif merupakan striker dengan kemampuan ofensif terlengkap.

Jelas, sangat jelas, 3S5 jadi poros kekuatan terbesar di angkatan gue. Secara matematis, gaada kelas lain yang sanggup ngalahin S5, terlebih lagi setelah Erik masuk.

‘Turnamen rutin’ di futsalcity seakan ngebuktiin betapa parahnya efek kehilangan Erik buat kelas gue. Kelas gue kalah terus lawan 3S6. Ya, kelas baru itu. Kelas gue jadi pesakitan, bahkan cuma bisa menang lawan 3S2 yang bermain tanpa Pangeran. Di tengah frustasinya gue pada saat itu (September/Oktober 2009), akhirnya gue mencetuskan untuk mengadakan rematch dengan S5. Skuadnya pake skuad pas kelas 2. Jadi, Andre Berak, Jason, Erik main buat kelas gue. Sementara Dewa, Frendy, Dipta main buat 2S5. So far juga kelas gue masih imbang 1-1 dengan S5. Sekali kelas gue menang di Futsal City, sekali kalah pas klasmit.

Kelas gue mulai dengan lambat, akhirnya ketinggalan cukup jauh, ampir 7 gol. Gue juga nampak kepayahan, dateng telat pula gue kalo ga salah. Untungnya, gue punya duet maut Erik-Nico. Perlahan-lahan kelas gue ngejar, sampe skor akhirnya cuma beda dua gol. Frendy kayaknya kewalahan nanganin Erik yang fisiknya jauh lebih kuat, sementara Cocok kewalahan ngatasin akselerasi si Nico. Jadilah di menit-menit akhir pertandingan, kelas gue nguruh pertahanan “2S5”. Dan sebuah long passing dari Nico ke depan gawang, di sana ada Erik udah nunggu, tapi dia dijaga ketat Frendy. Tapi berkat body balancenya dia berhasil menang adu body lawan Frendy dan Karno. Gol. Skor cuma beda 1, 10-11 kalo ga salah. Sampai tiba-tiba pertandingan berakhir. Gue ngeliat ke arah jam, kayaknya pertandingan mulai jam 3.15, tapi abisnya sekitar 4.08. Tapi yaudahlah, mungkin lagi apes aja tautau kelar lebih cepet. Gataunya, salah satu anak S5 ada yang bilang ke abang yang jaga tempatnya kalo mainnya udh kelar di lapangan itu; dalam bahasa sederhannya: dicepetin abisnya!

Gue yang masih emosi garagara kelas akhirnya lepas kendali, gue protes dan ngomel-ngomel ke arah bench S5, sekalipun harus berantem dan dikeroyok, gue ga peduli, gue ga teriman didzolimi. Itungannya kelas gue kalah ga fair kalo gitu. Gue teriman kalah 1 gol atau 5 gol sekalipun asalkan caranya bener. Kalo begini kan bikin esmosi… (Waktu itu gue benerbener marah coy)

Semenjak saat itu, gue ogah ngadu futsal di FutsalCity lagi hahaha..

Anyway, segitu dulu buat bagian pertama ini.. Soalnya kalo gue lanjutin bakal kepanjangan sob.. Jadi ditunggu aja post lanjutannya yak..

November 26, 2011 at 22:57 Leave a comment

Bad Goalkeeper

Berhubung banyak orang yang nyuruh gue buat ngelanjutin cerita tentang karir kepenjagagawangan gue, maka sebagai penebusan hutang, cerita ini akan gue lanjutkan huehuehue.

***

Cerita berlanjut pas gue naik ke kelas 2 SMA. Berhubung kelasnya dibagi IPA dan IPS, otomatis murid-muridnya diacak lagi. Dan gue sampailah di kelas 2S3 (2 Sosial 3), dan waw, secercah harapan menghampiri gue, kenapa? Soalnya skuad futsal kelas gue ini kece bener cuy. Gue sekelas lagi sama Erik, tambahannya, di kelas gue ada Nico si prince of soccer dari X1 dan ada BC, si kiper nomor 2 Marsud. Ditambah pemain lain kayak Jason, Richard, Jipi, Agus dll yang main futsalnya juga lumayan.

Sementara itu, kelas lain cenderung ga menonjol banget, kecuali: 2IPA1 ada Anu dan Andre Timy, 2S2 ada Pangeran dan Raby. Dan yang paling bikin gue was-was adalah 2S5. Di 2S5 ada Karno, Dewa, ditambah pemain lain macem Martin, Frendy, Cocok. Tiga nama terakhir waktu itu gue ga tau spesifik kemampuannya gimana, yang jelas rintangan terberat gue adalah 3 kelas itu.

Masuk ke bulan November 2008. Angkatan gue ini ngadain liga kecil-kecilan. Jadi tiap kelas ngadu futsal gitu di Futsal City Kalimalang. Anyway, dari satu angkatan, yang paling menonjol kayaknya 2S5. Mereka unbeatable. Sementara itu kelas gue baru aja kalah tanding lawan 2S2. Harusnya menang, tapi gue blunder 4x, ngoper bola ke lawan, jadilah kalah. Di tengah kekesalan karena kekalahan itu, akhirnya kelas gue ngajak ngadu 2S5 yang hari itu abis tanding juga. Jadilah pertarungan paling akbar di tahun ini dimulai. Kelas gue ketinggalan dulu karena gue masih aja blunder, dan gue terpaksa digantiin Erik, dia jadi kiper. Kedua tim sama-sama kelelahan. Pertandingan sebenarnya antiklimaks, tapi akhirnya dimenangin kelas gue. Dan perlu dicatat, ini adalah kekalahan pertama the invisible class, 2S5. Beda 1 gol doang sih tapi.

Kalender perfutsalan selanjutnya adalah klasmiting bulan Desember 2008. Sama kayak taun sebelumnya, taun ini klasmittingnya pake sistem undian, jadi hoki-hokian dapet futsal atau engga. Dan seusai undian dibagi. Kelas gue masuk rute yang ga asik. Kelas gue nge-bye. Tapi pertandingan pertama gue adalah melawan pemenang 2S5 vs 2A1. Abis itu kalo kelas gue menang kemungkinan lawan 3S3 yang lagi hot-hotnya gara-gara Kevin Cuki sama anak kelasnya lagi on-fire. Rute yang berat, terlebih lagi kalo harus ngelawan 2S5, aroma dendam pasti berasa banget. Ibarat El Classico, 2S5 tuh Barcelona, kelas gue tuh Real Madrid. Dan hari itu 2S5 berhasil ngalahin 2A1 lewat adu pinalti. Kelas mereka solid luar biasa. Karno-Martin-Cocok-Frendy-Dewa. Tibalah kelas gue melawan kelas mereka.

Sebenernya kelas gue lagi ga diuntungkan. Pertama, Nico lagi cedera. Kedua, BC yang siangnya harus tanding ngewakilin Marsud, jadi konsennya kepecah. Ketiga, tim mereka udah tanding duluan, jadi pasti feelnya udah dapet. Pertandingan dimulai, lewat Richard kelas gue berhasil nyuri gol duluan. Namun ga berapa lama Martin berhasil nyamain skor. Dan 2S5 lalu leading setelah tendangan Martin kena badan BC dan berbelok ke arah yang ga gue duga. Erik pun mao ga mao jadi ujung tombak sendirian. Dan ini relatif susah, dua bek mereka, Frendy dan Cocok, susah buat dilewatin. Akhirnya Martin menggenapi hattricknya usai mencetak gol pada akhir babak kedua. 3-1. Sedikit mengevaluasi, tim gue ternyata defensenya rapuh banget. Gaada pemain yang bisa jadi full-defense. Rata-rata naluri menyerangnya yang tinggi.

2S5 sendiri akhirnya takluk sama 3S3 lewat sebuah pinalti kontroversial yang sampe saat ini masih jadi bahan pergunjingan. Dan 3S3 jadi juara setelah ngalahin 3S5 di final.

Sekadar rekap, selama tahun 2008, gue sama sekali ga ikut ekskul futsal semenjak ekskul ini dihandle sama si Pa Agus. Ibaratnya karir gue sebagai kiper Fv, ampir usai.

***

Masuk ke tahun 2009, gegap gempita futsal udah ga se-wah tahun lalu. Rata-rata anak Fv lagi sibuk belajar. Dan klasmit masih bulan Juni. Masih lama. Karno masih ikut ekskul begitu juga dengan anak yang lain, prestasti Futsal fv juga lumayan, runner up di Kanaan Cup, dan waktu itu yang ngelatih si Willy (alumni) bukan si Agus.

Sekitar bulan Mei, gue mendapat kabar aneh. Ternyata, Pa Agus memendam rasa kagum sama Erik. Dia ngerasa Erik punya style main kayak Cipe (eks kapten Fv), dan berharap Erik ikut ekskul. Gue ngasih tau kabar ini ke Erik, dan dia bingung. Gue paksa dia buat ikut ekskul aja, tapi dia kayak ragu gitu. Akhirnya, gue berbesar hati dan berjanji nemenin dia ekskul! Oh, man, terpaksalah gue merendahkan harga diri gue buat sahabat gue yang satu ini hahaha.

Akhirnya, gue ekskul lagi, begitu juga Erik yang akhirnya ekskul. Selama ekskul, gue merasa skill goalkeeping gue terpaut jauh dari BC dan Karno. Gue ga nyangka, ga ikut ekskul satu setengah tahun bisa ngebikin gap sejauh ini. Sementara itu, dalam beberapa kali sparing, Erik selalu jadi pilihan utama Pa Agus, ngegeser pemain lain. Gue ngerinya, pemain lain ada yang iri ngeliat Erik di-anak emasin gitu, tapi kayaknya sih engga ada.

Dan Juni 2008. Momen yang dinanti-nantikan pun tiba. Klasmitting. Prediksi awal gue adalah, klasmitting kali ini akan dikuasai oleh kelas 2. Soalnya gap kemampuan antara kelas 1 dan 2 tuh jauh banget. Lalu gue ngeliat competition chart. Ga enak banget rute gue, pertama harus ngelawan 2S4, trus kemungkinan 2S2, trus kemungkinan (pasti sih sebenernya) ngelawan 2S5. Baru dah final yang kemungkinan lawan 2A1. Rute yang teramat berat, tapi harus coba gue lewati.

Pertandingan pertama ngelawan 2S4 berjalan sesuai rencana. Skor 8-1. Semua pemain yang didaftarin klasmit futsal main. Bukannya ngeremehin S4, tapi perbedaan kualitas pemain emang cukup jauh. Sementara itu, kelas-kelas kayak 2S5, 2S2, 2A1 juga sama-sama menang dengan skor meyankinakn atas lawan-lawannya. Yang mengejutkan cuma 2S1 yang tumbang dari kelas non-unggulan X3.

Pertandingan selanjutnya ngelawan 2S2. Pertandingan ini pada nantinya, bahkan bertahun-tahun kemudian akan dikenang sebagai “Game of The Century of Classmeet”. Yang nonton luar biasa rame. Pinggir lapangan, sampe yang nonton dari lantai 2 rame banget. Cuacanya juga agak mendung dan sejuk. Kedua tim secara historis emang bersaing ketat, bahkan lebih ketat dari persaingan 2S3 dan 2S5. Kedua tim ini siap saling bunuh. Skuad kelas gue: Gue (Kiper), BC, Agus, Nico, Erik. Skuad 2S2: Nidji (Kiper), Raby, Kamser, Pangeran, Ina. Kelas gue unggul di bagian kiper, jelas level antara gue dan Nidji jauh. Tapi 2S2 punya Raby the monkey boy yang agresif, dan ada Pangeran si kapten futsal Fv. It’s gonna be a tough tough match. Kelas gue berhasil unggul 2 gol lewat Erik dan Nico yang ngemanfaatin ketidaksigapan Nidji. Tapi, Ina berhasil menggetarkan gawang gue lewat sebuah tendangan kaki kiri yang terarah. 2-1. Ga lama Pangeran berhasil ngebikin skor seri 2-2 lewat golnya. Yap, gue yakin Pangeran menyimpan dendam dari kekalahan satu setengah tahun yang lalu. Dia main on-fire banget. Sebelum babak pertama usai, Erik berhasil ngebawa kelas gue leading lagi. Skor 3-2. Masuk first half, timbul keragu-raguanan di benak gue. Apakah formasi harus diubah atau engga. Gue pengen ngejadiin BC kiper, tapi entar kelas gue ngga ada bek, sedangkan Pangeran udah tau betul titik kelemahaan gue. Akhirnya gaada pergantian, dan dengan skuad yang sama kelas gue memulai babak kedua. Babak kedua berubah drastis, kalo babak pertama kelas gue yang nguasain pertandingan, kali ini giliran 2S2 yang nguasain pertandingan. Kelas gue digempur terus, dan duet maut Erik Nico mandek. Akhirnya Pangeran berhasil menjebol gawang gue lagi dengan proses yang kurang lebih sama dengan gol dia sebelumnya. Selama 6 menit selanjutnya kedua kelas bergantian nyerang, tapi gaada gol. Sebagai gambaran, situasi pertandingan saat itu sebelas-duabelas dengan pertandingan Italia vs Jerman di World Cup 2006, kedua tim sama-sama gamau ngalah. Bencana buat kelas gue datang di 2 menit terakhir. Memanfaatkan long pass dari Raby, Kamser berhasil ngeheading bola ke gawang gue dan masuk. 3-4 skornya. Kelas gue mulai panik dan langsung agresif, sebenernya Erik sempet bikin gol tapi dianulir wasit. Akhirnya kejadiaan naas yang nimpa Jerman di World Cup 2006 terjadi buat kelas gue, Pangeran berhasil mencetak hattrick dan ngejebol gawang gue dengan gol yang kurang lebih sama kayak gol Del Piero ke gawan Jerman pas World Cup 2006. Kelas gue tumbang dengan skor 3-5. Dan ga berapa lama, hujan pun turun seolah menggambarkan kesedihan kelas gue. Seusai pertandingan, beberapa anak Marsud bilang kalo pertandingan tadi itu pertandingan klasmit futsal paling seru yang pernah mereka tonton. Menurut gue juga harusnya pertandingan tadi jadi final klasmit. Tapi yasudahlah.

Besoknya, di semifinal 2S2 ketemu 2S5. 2S2 harusnya sih pede dan bisa ngalahin 2S5 kalo mainnya sebagus kemarin. Tapi, apa dikata, hasilnya justru antiklimaks. 2S2 kalah 9-0 dari 2S5. Bikin kecewa gue nontonnya, dan jadi berharap supaya kelas gue aja yang lawan 2S5 kalo gini caranya ckck. 2S5 jadi juara setelah ngalahin 2A1 dengan skor 6-3 kalo ga salah. Yang jelas pada klasmit ini, 2S5 ngedominasi abis-abisan, mereka mencetak 26 gol dari 4 pertandingan. Tapi, gue masih yakin kalo kelas gue yang ngelawan mereka di semifinal, hasilnya mungkin ga begitu hahaha.

Begitulah kisah perkiperan gue di tahun ketiga gue di SMA. Secara keseluruhan sih ga bagus, gaada prestasi yang berhasil dicapai, padahal kelas gue punyu skuad yang komplit. Sekali lagi, Gue belum berhasil mengungguli Karno di tahun ketiga gue di SMA. Dan apakah gue akan sanggup mengungguli dia di tahun keempat gue di SMA? Kita tunggu cerita selanjutnya.. (Bersambung)

November 19, 2011 at 11:18 Leave a comment

Indonesia (Sebenarnya) Bisa

Ada sebuah ironi di balik kemenangan 2-0 tim U-23 Indonesia atas tim U-23 Singapura pada SEA Games kemarin. Ya, kekalahan 0-4 timnas senior Indonesia atas Qatar pada Penyisihan Pra-Piala Dunia terasa menyakitkan. Jelas kekalahan tersebut memupus harapan Indonesia untuk merasakan atmosfer eksotisme Rio de Janeiro pada Piala Dunia 2014 nanti. Hasil yang amat kontras dengan kondisi timnas senior setahun yang lalu, dimana para pemain dipuja-puja karena berhasil menunjukkan prestasi gemilang pada Piala AFF 2010.

Beberapa pihak mungkin merasa, pesaing Indonesia di Grup E bukanlah lawan yang sepadan: Qatar, Bahrain, Iran. Kalau patokannya adalah peringkat FIFA, mungkin saya setuju, Indonesia peringkatnya berada cukup jauh di bawa ketiga tim ini. Tapi kalau alasannya adalah faktor fisik/postur badan, saya jelas tidak setuju. Penjelasannya mudah, sebuah tim, postur tinggi atau kecil masing-masing punya keunggulan. Jadi, sedikit sulit diterima apabila alasan kekalahn adalah faktor fisik. Lantas apa penyebab ‘ketidakberhasilan’ timnas senior untuk meraih kemenangan di kancah Asia atau bahkan dunia? Berikut analisis saya sebagai seorang penikmat sepakbola.

1. Kurangnya Kompetisi yang Kompetitif
Untuk ukuran Asia Tenggara, mungkin Kompetisi di Indonesia adalah yang terbaik. Tapi, apabila dibandingkan dengan kompetisi seperti di Jepang, Korea, atau Timur Tengah, jelaslah berbeda jauh dari segi kualitas. Adanya kejomplangan kompetisi tingkat senior dan junior bisajadi menjadi penyebabnya. Sangat jarang ada kompetisi untuk tingkat usia 14-18 tahun. Sekalipun ada, kualitas komeptisi yang ada tidak sebaik kompetisi senior. Pernahkan kita menonton kompetisi usia muda di televisi? Karena dinilai kurang ‘menjual’ maka kompetisi usia muda sering dipandang sebelah mata. Akhirnya, remaja-remaja dengan bakat hebat cenderung kehilangan tempat untuk mengasah kemampuannya. Tidak heran ketika mereka dewasa, bakat itu pudar, dan mereka jadi pemain yang ‘biasa’ saja. Akhirnya ini berpengaruh juga terhadap kualitas kompetisi dalam negri.

2. Wilayah yang Terlalu Luas
Indonesia memiliki ribuan pulau dan beberapa pulau besar. Ini adalah anugerah sekaligus musibah. Ada daerah yang mendapat perhatian cukup baik, ada daerah yang terbengkalai/terlupakan, menurut saya, hal ini menyebabkan Indonesia sulit untuk maju, baik dalam bidang politik maupun olahraga, khususnya sepakbola. Coba kita lihat negara seperti Jerman atau Spanyol. Wilayah mereka berada pada satu dataran yang sama. Jauh lebih mudah melakukan scouting apabila dibanding wilayah Indonesia yang terdiri dari banyak pulau. Akhirnya, tidak heran kalau pemain timnas cenderung didominasi satu suku tertentu, meskipun sekarang, hal ini sudah muali terkikis.

3. Karakter yang Berbeda-beda
Ini adalah implikasi dari poin nomor dua. Anggaplah si pelatih berhasil mengumpulkan 30 pemain dari 8 pulau besar. Masalah baru bisajadi muncul di sini. Pemain dari masing-masing daerah mempunya karakter yang berbeda. Misalnya: pemain Papua terkenal dengan karakter individualistisnya; pemain pulau Jawa dengan ketenangan dan kewaspadaannya; pemain Sumatera+Sulawesi+Kalimantan dengan karakter keras dan berani. Percaya atau tidak, karakter semacam ini terlihat di lapangan ketika mereka bermain. Bukan bermaksud untuk menyetujui stereotip semacam ini, tapi fakta ini memang mengusik saya. Karakter pemain, apabila dimanfaatkan dengan baik, dapat menjadi senjata yang efektif. Biarkan pemain Papua menempati posisi striker, karena karakter individualistis mereka berguna ketika bertarung dengan bek lawan. Tempatkan pemain berkarakter berani sebagai bek, dalam hal ini pemain Sumatera dan Sulawesi, seorang bek haruslah pemain yang tangguh, tanpa kompromi, namun cerdas dan sigap. Selanjutnya, pemain dari pulau Jawa bisa ditempatkan sebagai playmaker, pemain tengah. Karakter pemain Jawa adalah kalem. Pemain tengah yang baik adalah yang tenang dan tidak terburu-buru, dan sejauh ini karakter ini cocok dengan pemain dari Jawa. Mengenai naturalisasi, saya antara setuju dan tidak setuju. Tidak setuju apabila PSSI melakukan naturalisasi asal-asalan, tidak semua pemain keturunan yang bermain di Liga Eropa layak dinaturalisasi. Mereka yang hanya bermain di liga level 3 Eropa tentu tidak perlu dinaturalisasi. Lalu saya setuju, apabila naturalisasi dilakukan untuk efektivitas tim nasional. Misalnya, timnas Indonesia lemah di bek tengah atau gelandang jangkar; maka naturalisasilah pemain asing/keturunan yang sanggup bermain di posisi tersebut. Jadi, fungsi pemain asing adalah pelengkap tim.

4. Pelatih Harus Bisa Memanfaatkan Postur Kecil Pemain
Seringkali pelatih yang melatih Indonesia, salah menggunakan strategi/formasi. Bermain umpan jauh/lambung tidaklah begitu efektif dengan postur Indonesia. Pola permainan seperti Barcelona/Arsenal cukup cocok untuk Indonesia. Bermain umpan pendek dan possesion haruslah diterapkan pelatih. Selama 7 tahun lebih mengamati sepakbola Indonesia, baru ketika Wim Rijsbergen menangani Indonesia, pola umpan pendek begitu kentara. Pernah juga ketika Piala Asia 2007, umpan pendek diterapkan. Sementara pelatih lain, bahkan Alfred Riedl, menurut saya tidak menggunakan pola umpan pendek. Pelatih haruslah memahami kemampuan/limit pemain timnas. Kesalahan penerapan formasi seringkali menyebabkan Indonesia gagal meraih kemenangan.

Lantas, apakah ketika semua hal di atas berhasil dibenahi lalu Indonesia bisa berprestasi?
Saya tidak bisa menjamin itu, karena dalam sepakbola tidak ada yang pasti. Real Madrid yang begitu tangguhnya, bisa kalah dari tim kecil seperti Levante. Namun, apabila segala aspek yang bobrok dari timnas berhasil dibenahi, tentu ini mempermudah usaha timnas untuk berprestasi. Tidak perlu muluk-muluk, cukup untuk menjadi juara di level Asia Tenggara dan menjaga konsistensi penampilan. Tidak mustahil bagi Indonesia untuk masuk 5 besar Asia. Perlahan dan perlahan; sisanya ditentukan oleh faktor keberuntungan, dan faktor non-teknis lain (baca: faktor perjudian). Selamat berjuang untuk timnas. Doa saya menyertai langkah kalian.

November 12, 2011 at 11:11 Leave a comment

Minimalis

ini post pertama gue di bulan November. Well, dari bulan Juni, gue biasanya tiap bulan selalu berusaha untuk ngepost ‘sesuatu’, ada kalanya juga isi post gue itu zero content yang berarti isi kontennya ala kadarnya. Yah, sebagai blogger atau sebutlah amateur writer, konsistensi yang gue miliki masih jauh dari stabil. Contohnya kaya post gue dalam 2 bulan terakhir ini. Kontennya bener-bener ala kadarnya, atau boleh lah dibilang gue kehabisan kata-kata untuk dituliskan. Idenya sih numpuk dan banyak, tapi niat buat nulisinnya nyaris gaada. Jadilah kaya gini, post gue dalam 2 bulan terakhir ga berbobot.

 

Anyway, balik ke judul post gue: Minimalis. Engga, gue ga akan ngebahas definisi/kompleksitas di balik kata minimalis. Gue cuma mau mengaitkan kata minimalis dengan tampilan blog gue yang sekarang. Udah seminggu lebih gue ganti sih tampilannya, entah ada yang sadar atau engga. Gue merasa tampilan blog gue yang lama tuh terlalu hedon–sekalipun hedon adalah kata yang sesuai untuk merepresentasikan diri gue. Nah, gue jadi kepikiran buat make tampilan minimalis buat blog gue; secara, isi post gue juga ga sehedon dulu. Tenang, ini cuma perubahan tampilan kok. Segala ide gila di otak gue masih numpuk buat dituangin ke blog ini; cuma ya itu, ngumpulin niatnya susah. Salam

November 6, 2011 at 15:44 Leave a comment


Visitor

Date of Post

November 2011
M T W T F S S
 123456
78910111213
14151617181920
21222324252627
282930